Lokasi


Wilayah Kraton Yogyakarta

Pada tahun 1756 Kraton Yogyakarta dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I di wilayah Hutan Beringan. Namun kemudian hutan tersebut diabadikan untuk menjadi nama pasar di pusat kota, yaitu Pasar Beringharjo. Sedangkan istilah Yogyakarta berasal dari kata Yogya dan Karta. Yogya artinya baik, dan Karta artinya makmur. Namun pengertian lain menyatakan bahwa Yogyakarta atau Ngayogyakarta itu berasal dari kata dasar Ayu+Bagya+Karya kemudian dibaca Ngayogyakarta.

Wilayah Kraton Yogyakarta membentang antara Tugu (utara) dan Krapyak (selatan), Sungai Code (timur), dan Sungai Winongo (barat), antara Gunung Merapi dan Laut Selatan.

Bangunan tugu yang merupakan batas utaa wilayah Kraton Yogyakarta berjarak 2 KM dari Kraton. Bangunan tersebut pada zaman dahulu berbentuk Golong-Gilig yang artinya Manunggaling Kawula Gusti (man unggalnya raja dengan rakyat, sekaligus menunggalnya manusia dengan Tuhan).

Ketika terjadi gempa bumi 1867, bangunan tersebut mengalami kerusakan yang cukup berat. Kemudian pada 1889 banguan itu dipugar oleh Sri Sultan Hamengkubuwono VII dengan bentuk yang diubah seperti sekarang ini. Antara tugu dengan Bangsal Mangugur Tangkil berada dalam garis lurus/ simetris. Ini mengandung arti bahwa ketika Sultan duduk disinggasananya dan memandang ke Tugu, maka beliau akan selalu mengingat rakyatnya.

Selanjutnya, antara Tugu hingga Kraton terdapat jalan utama yang disebut Malioboro. Di mana asal nama Malioboro, ada yang berpendapat berasal dari kata Malbourgh yaitu nama Jendral Inggris. Oleh Raffles, ketika berkuasa di Yogyakarta nama tersebut dijadikan sebagai nama jalan di pusat kota. Namun pendapat lain mengatakan bahwa penyebutan Malioboro itu terkait dengan cita-cita Sri Sultan Hamengkubuwono I, yang melihat jalan tersebut sebagai pengejawantahan jalan hidupnya yaitu Mulyane Saka Bebara. Kemudian dijadikan nama jalan Maliyabaran atau Malioboro yang berarti kemulyaan dan kejayaan hidup yang dicapai lewat laku keprihatinan.

Wilayah-wilayah yang mengelilingi Kraton Yogyakarta:

  • Di sebelah Timur jalan Malioboro terdapat Gedhong Kepatihan, yang pada zaman dahulu berfungsi sebagai kantor Papatih Dalem. Kemudian bangunan tersebut digunakan sebagai Kantor Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari Gerbang Kepatihan ke arah selatan sekitar berjarak 10 meter terdapat Pasar Beringharjo yang merupakan pasar terbesar.
  • Di sebelah Selatan terdapat Benteng Vredeburgh yang artinya benteng perdamaian. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda benteng ini digunakan sebagai tempat perlindungan bagi para residen yang bertugas di Yogyakarta. Kantor residen terletak di sebelah barat benteng. Kemudian Gedung Agung yang hingga kini berfungsi sebagai Istana Kepresidenan.
  • Di sebelah Barat Alun-Alun Lor terdapat Masjid Agung yang dibangun Sri Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1773.

Kraton Yogyakarta ini menghadap Utara denagn halaman depan berupa lapangan yang disebut Alun-Alun Lor. Pada jaman dahulu dipergunakan sebagai tempat mengumpulkan rakyat, latihan perang bagi para prajurit kraton dan tempat penyelenggaraan upacara adat. Sekarang Alun-Alun Lor hanya dipergunakan untuk upacara Grebeg dan perayaan Sekaten.

Di bagian tengah Alun-Alun Lor terdapat dua pohon beringin yang terletak bersebelahan, masing-masing bernama Kyai Dewadaru dan Kyai Wijayadaru. Dua pohon beringin itu merupakan simbol bahwa di dunia ini terdapat dua sifat yang saling bertentangan. Sedangkan pohon beingin yang mengelilingi Alun-Alun Lor ini jumlahnya 62 pohon dan ditambah dua pohon beringin di tengah.

Pusat wilayah KRATON Yogyakarta luasnya 14.000 meter persegi dengan dikelilingi tembok atau Benteng setinggi 4 meter dan lebar 3,5 meter. Di setiap sudut terdapat tempat penjagaan atau bastion untuk melihat keadaan di luar maupun di dalam benteng Kraton. Di sebelah luar benteng di kelilingi parit yang dalam yang disebut Jagang.



***

No comments:

Post a Comment